Selasa, 07 Oktober 2014

Permasalahan Pendidikan



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Permasalahan Pokok Pendidikan.Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Abna Hidayati selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
            Kami sangat berharap makalah dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.
            Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 18 Desember 2013


Penulis







DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………   1
Daftar Isi………………………………………………………………………………….    2
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………....   3
1.1  Latar Belakang………………………………………………………………………..    3
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………………………..   3
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan………………………………………………………..   4
BAB II Pembahasan……………………………………………………………………....   5
2.1 Pengertian Permasalahan Pendidikan………………………………………………....   5
2.2 Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan………….………………………………….....   5
a. Kuantitas Pendidikan……………………………………………………………………. 5
b. Kualitas Pendidikan………………………………..…………………………………...   5
c. Efisiensi Pendidikan…………………………………….……………………………....  7
d. EfektifitasPendidikan………………………………………………………………......   8
e. Relevansi Pendidikan…………………………………………………………………...   9
f. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan …………………………………………...  10
2.3 Solusi dari Permasalahan-Permasalahan Pendidikan…….............................................   14
BAB III Penutup…………………………………………………………………………..  16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………  16
3.2 Saran………………………………………………………………………………….... 16
Daftar Pustaka………………………………………………………………………            ……... 17
PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan semakin hari makin rendah.Ini dapat ditinjau dari segi kualitas, kuantitas, efisiensi, efektivitas, relevansi, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara.Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak.Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya.Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa.Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram.Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat.Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif.Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah.Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan dan segala ruang lingkupnya.


1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat komplek.Apabila ditelaah lebih jauh, maka kita akan menemukan sekumpulan hal-hal rumit yang sangat susah untuk disiasati. Masalah yang dihadapi tersebut akan lebih susah jika saling berkait satu sama lain.
Oleh sebab itu, di dalam makalah ini penulis akan memberikan gambaran penting mengenai kumpulan masalah-masalah yang akan di bahas dalam makalah ini. Berikut ini adalah mengenai masalah-masalah yang akan dibahas.
a.       Pengertian permasalahan pendidikan
b.      Permasalahan pokok pendidikan di Indonesia
c.       Factor yang mempengaruhi berkembangnya permasalahan pendidikan di Indonesia
d.      Solusi dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia
Jika terdapat suatu hal yang berada diluar ruang lingkup permasalahan, maka masalah tersebut tidak akan dibahas di dalam makalah ini.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
A. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada pendidikan saat ini dan langkah-langkah untuk mengatasinya.
B. Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarang ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar pendidikan di masa yang akan dapat meningkat baik dari segi kualitas, kuantitas, efisiensi, efektivitas, relevansi, dan tenaga pendidik dan kependidikan.

 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Permasalahan Pendidikan
Permasalahan pendidikan ialah perbedaan program-program pendidikan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang terlaksanakan dilapangan.Menurut  (TAP MPR RI No II/MPR/1993), semakin besar/lebar perbedaan yang dicita-citakan dengan yang ternyata ditemui dilapangan, semakin besar/rumit/komplek permasalahan tersebut. Adapun permasalahan pendidikan sebagai berikut :
2.2Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
A.Kuantitas Pendidikan
            Masalah kuantitas pendidikan merupakan masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung di dalam system pendidikan atau sekolah.Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya daya tampung.Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat ini masalah itu sudah bisa teratasi, apalagi dengan telah banyaknya didirikan SD swasta yang dengan kata lain dapat mengatasi permasalahan kuantitas pendidikan. Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang tinggal di daerah terpencil. Untuk mengatasi masalah kuantitas pendidikan  itu perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah agar anak-anak yang tinggal di daerah terpencil ikut merasakan pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan membangun SD negeri di daerah-daerah yang masih minim kuantitas pendidikannya, dan tentunya sekolah yang dibangun juga dilengkapi sarana prasarana yang lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar.
B. Kualitas Pendidikan
Hal ini berhubungan dengan kualitas guru yang rendah, sarana belajar yang kurang memadai, dan tidak meratanya jumlah lulusan tiap jenjang pendidikan.Guru-guru tentunya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah sejak lama mendedikasikan dirinya menjadi guru.Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan.Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang.Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain kondisi sekolah yang memprihatinkan.
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :
ü  Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah.
ü  Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan :
1.      Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
2.      Rendahnya Kualitas Guru
3.      Rendahnya Kesejahteraan Guru
4.      Rendahnya Prestasi Siswa
5.      Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
6.      Mahalnya Biaya Pendidikan
Upaya pemecahan permasalahan kualitas pendidikan  dapat ditempuh dengan cara:
ü  Seleksi yang lebih ketat terhadap calon yang akan masuk ke sekolah lanjutan atau tempat kerja.
ü  Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga pendidikan melalui latihan, penataran, seminar, dan lain-lain.
ü  Penyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami perubahan.
ü  Pembangunan sarana prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar.
ü  Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratoriun secara tepat guna.
ü  Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian kenegaraan.
ü  Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh penilik ke setiap sekolah
C. Efisiensi Pendidikan
Pendidikan dikatakan efisiensibila pendayagunaan sumberdaya yang ada (waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran.Kadar efisiensi itu tentu tergantung pada pemberdayaan sumberdaya tersebut. Bila yang terjadi misalnya tidak hemat (boros) waktu, biaya dan tenaga tidak berfungsi secara optimal maka kadar efisiensi rendah (tidak/kurang efisien).
Analisis seperti ini dapat diarahkan pada unsur-unsur terkecil dari ketiga kriteria tersebut. Misalnya apakah waktu digunakan sesuai dengan jadwal/rencana, apakah guru mengajar atau dosen memberi kuliah minimal sama dengan jam wajib mengajar setara dengan pegawai negeri.
Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi pendidikan. Masalah efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi.Masalah tersebut dapat diketahui dari adanya para mahasiswa yang sebenarnya potensial tetapi putus kuliah dan gagal menyelesaikan pendidikannya pada waktu yang tepat.
Adapun pemecahan masalah efisiensi pendidikanyaitu :
Permasalahan efisiensi pendidikan dapat dipecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.Hal tersebut dapat ditempuh melalui cara :
ü  Berorientasi pada peserta
Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari peserta didik.

ü  Pemanfaatan sumber belajar
Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana pesera didik dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.
D.Efektivitas Pendidikan
Pendidikan dikatakan efektif (ideal) ialah bila hasil yang dicapai sesuai dengan rencana/program yang dibuat sebelumnya (tepat guna).Bila rencana mengajar (persiapan mengajar) yang dibuat oleh guru atau silabus yang dibuat dosen sebelum mengajar/memberi kuliah terlaksana secara utuh dengan sempurna, maka pelaksanaan perkuliahan tersebut dikatan efektif.Sempurna meliputi semua komponen perencanaan seperti tujuan, materi/bahan, strategi dan evaluasi.
Dikatakan kurang efektif bila komponen-komponen rencana tidak terlaksana dengan sempurna, misalnya tujuan tidak tercapai semua, materi tidak tersajikan semua, strategi belajar mengajar tidak tepat, evaluasi tidak dilakukan sesuai rencana.
Masalah efektivitas pendidikan juga berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidikan dengan dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan  peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. (Sri Martini, 2009: 143). Dengan demikian pendidik baik guru maupun dosen dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar meteri pembelajaran yang diajarkan tersebut dapat berguna.
Untuk meningkatkan efektivitas pendidikan, yaitu dengan menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.
E.Relevansi pendidikan
Pendidikan dikatan relevan (sesuai) ialah bila sistem pendidikan dapat menghasilkan output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesesuaian (relevansi) tersebut meliputi/mencakup kuantitas (jumlah) ataupun kualitas (mutu) output tersebut. Selanjutnya kesesuaian tersebut hendaknya mempunyai tingkat keterkaitan (link) dan kesepadanan (match).
Masalah relevansi merupakan masalah yang berhubungan dengan relevansi (kesesuaian) antara pemilikan pengetahuan, keterampilan dan sikap lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat (kebutuhan tenaga kerja).Pendidikan dikatakan tidak atau kurang relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut tidak ada/kurang.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya.Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
Selain itu juga dapat kita lihat dengan pertumbuhan pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia.Kita sering menemui lulusan SLTA yang menganggur, bahkan tak jarang pula kita lihat sarjana-sarjana yang menganggur. Contohlain seperti adanya kasus perusahaan-perusahaan yang masih harus mengeluarkan dana untuk pendidikan atau pelatihan bagi calon karyawannya, karena mereka dinilai belum memiliki ketrampilan kerja seperti yang diharapkan.
Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan melalui cara-cara seperti:
ü  Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
ü  Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan selama menempuh pendidikan.
ü  Melakukan pembaharuan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusunan kurikulum yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat.
ü  Memberdayakan lembaga pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Juga meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
ü  Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai hak, dukungan, dan lindungan sesuai dengan potensinya.
ü  Pemberdayaan lembaga pendidikan baik formal dan nonformal di dalam pembentukan dan pengembangan kualitas SDM sedini mungkin, termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan keimanan dan ketakwaan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
ü  Memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah sebagai wujud peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
F.Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan antara lain :
1)     Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh, pendidik yang  merupakan lulusan metematika mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia.
Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan sertivikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang berlaku.
2)     Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik.
Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi , dan diperjelas dalam pasal 10 ayat 1 yang berbunyi “ kompetensi guru sebagai mana dalam pasal 8 meliputi kopetensi pedagogic, kepribadian, social dan professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 
Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 mengenai kometensi yang harus dimiliki oleh pendidik.
3) Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal.
Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya pendidik memiliki kompetensi professional, yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta didik.
4)     Pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih berorintasi proyek.Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya.
5)     Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi pedagogic yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) yang berbunyi “Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogic, Kompetensi kepribadian, Kompetensi professional dan Kompetensi sosial.
6)     Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/ D4. Tapi dalam kenyataan di masyarakat masih terdapat pendidik yang belum berijazah D4 atau dengan kata lain  masih D3.
7)     Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga administrasi atau tenaga perpustakaan.


Masalah-masalah pendidikan dapat terjadi jika tenaga kependidikan tidak mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai manajer pendidikan.  Sebagai manajer pendidikan setiap tenaga kependidikan terlebih lagi untuk setiap pemimpin institusi pendidikan harus mengembangkan kemahiran dasar yang oleh Rex F. Harlow (Sarwoto, 1998: 47) dibedakan menjadi tiga, yaitu :
ü  Kemahiran teknis (technical skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari tugas khusus yang menjadi tanggung jawabnya.
ü  Kemahiran yang bercorak kemanusiaan (human skill), yang diperlukan untuk bekerja dengan sesamanya guna menciptakan keserasian kelompok yang efektif dan yang mampu menumbuhkan kerja sama diantara anggota-anggota bawahan yang dia pimpin.
ü  Kemahiran menganalisis situasi dan permasalahan dengan konsep-konsep ilmiah yang relevan (conceptual skill), yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan bertindak secara tetap.
Pemecahan MasalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perlu adanya pemecahan masalah, sebagai berikut:
a.      Masalah Pendidik
Dapat dipecahkan melalui :
ü  Pendidikan profesi guru
Ini adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan citra keprofesionalan seorang guru.Diharapkan sebelum calon guru memegang jabatan mereka sudah benar-benar professional dalam bidangnya melalui PPG ini.Keprofesionalan yang dimaksud yaitu memiliki kompetensi yang handal di dalam aspek paedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Serta memiliki kompetensi dalam: merencanakan, melaksanakan, menilai pembelajaran menindak lanjuti hasil penelitian, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
ü  Meningkatkan Status Sosial Ekonomi
Adanya upaya pemerintah dengan mengesahkan UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Yang mana UU ini melindungi Guru dan Dosen jauh dari kebutuhan hidup minimum. Dengan adanya UU ini Guru dan Dosen memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum.
ü  Menanamkan Karakter Kuat dan Cerdas
Karakter kuat dan cerdas terdapat dalam pribadi guru sejati yang mampu mendidik dengan hati.Siswa dididik dengan diberikan kail dan mengajari bagaimana menggunakanya dengan benar sebagaimana mestinya.
ü  Guru yang otonom
Mencari saingan.Dengan adanya persaingan diharapkan pendidik dapat memiliki keotonoman.

b. Masalah Tenaga Kependidikan

Kegiatan belajar-mengajar tanpa peran tenaga kependidikan akan mengalami gangguan. Karenanya tenaga kependidikan perlu ”pengakuan” dan penghargaan atas kinerjanya. Tenaga kependidikan sebagaimana pendidik, juga perlu kejelasan hukum yang mengatur mereka. Tenaga kependidikan tidak akan berfungsi selama penghargaan tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan.
Jika kontroversi antara pendidik dan tenaga kependidikan tidak segera dituntaskan maka permasalahan pendidikan tidak akan terselesaikan. Bahkan akan menciptakan kesenjangan antara keduanya. Akhirnya menghambat percepatan peningkatan mutu pendidikan.Artinya perlu adanya upaya pemerintah untuk menyesuaikan penghargaan materi antara pendidik dan tenaga kependidikan.

2.3Solusi dari Permasalahan-Permasalahan Pendidikan
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial ekonomi yang berkaitan dengan sistem pendidikan.Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan, seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan,  berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Dengan menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan.Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Cara lain untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi) sesuai dengan perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Misalnya kurikulum harus fleksibel, jika perlu dibaharui. Kurikulum jangan mengakibatkan para pelakunya (siswa atau anak didik) selalu tertinggal dibidang dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut.
2.      Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan laju pertumbuhan penduduk atau pendidikan harus mencari system baru yang dapat melayani semua orang yang memerlukan pendidikan.
3.      Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan didorong terus agar lebih meningkat lagi. Sementara itu system pendidikan dibaharui/dikembangkan sehingga dapat memenuhi aspirasi tersebut.
4.      Sistem pendidikan meningkatkan peran /fungsinya sebagai pengembangan kebudayaan diseluruh plosok tanah air. Sejalan dengan itu pihak lain yang terkait harus dapat membuka keterisolasian dan/membuka sarana kehidupan yang lebih baik.
























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan.Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.Karena pembangunan selalu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi.Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah kualitas dan kuantitas pendidikan, masalah efisiensi dan efektivitas pendidikan, masalah relevansi pendidikan, masalah pendidik dan tenaga kependidikan.
Secara garis besar, solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu solusi sistemik dan solusi teknis.Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial ekonomi yang berkaitan dengan sistem pendidikan.Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
3.2 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.“Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005- 2009”.
Tersedia pada :http://www. ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3.
Joni, T. Raka. 2005.Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM-Cakrawala
Indonesia.
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal  tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.Jakarta : Raja Grafindo
Perkasa.
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sarwoto. 1998. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://forum.detik.com.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.